Teringat sebuah kisah tentang Ali bin Hasan seorang yang sangat kaya di zamannya. Dia seorang laki-laki yang menikmati dunia; dia memiliki...
Teringat sebuah kisah tentang Ali bin Hasan seorang yang sangat kaya di zamannya. Dia seorang laki-laki yang menikmati dunia; dia memiliki pelayan-pelayan yang cantik dari Turki. Ali bin Hasan hanya mau makan daging segar dan yang manis-manis, memiliki penghasilan yang sangat besar, harta yang berlimpah, kedudukan yang sangat terhormat, serta kelebihan-kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang lain. Dia juga memiliki ilmu yang tidak dianggap biasa maupun dangkal. Banyak ulama menghormatinya karena kebaikan perilakunya. Dia tampak menikmati hari-harinya dengan gembira.
Suatu
hari, saat sedang memberi ceramah, Ali bin hasan berkata dari atas mimbar; “Demi
Allah, semalam aku menangisi diriku sendiri hingga tersedu-sedu”. Banyak yang
bertanya-tanya dengan cerita tersebut. Bahkan Imam Ibnul Jauzi yang ikut
mendengarkan ceramahnya juga heran dan bertanya-tanya.
Setelah
merenungi sebabnya, Ibnul Jauzi membuat sebuah kesimpulan, bahwa nafsu manusia
seringkali tidak bisa berhenti pada satu titik tertentu dalam mencari
kenikmatan. Tatkala mencapai yang satu, ia masih haus dengan yang lain. Hingga
akhirnya, umurnya habis begitu saja, badannya menjadi lemah, kehormatannya
terpuruk, namun ia belum juga sampai pada apa yang diinginkan.
Orang
yang bahagia adalah orang yang mencintai apa yang ada pada dirinya, orang yang
bersahabat dengan apa yang ia miliki, namun tetap bekerja untuk masa depan yang
lebih baik, tanpa harus dihantui oleh target-target yang sulit ia penuhi.
Semoga Allah memberikan kita taufik dan karunia agar kita mampu melaksanakan apa
yang sesuai dengan akal dan syariat. Sesungguhnya Dia Maha Mengabulkan doa dan
Mahadekat.
Nice post
BalasHapus